Setiap membaca atau melihat kasus-kasus asusila pada
anak atau perempuan di media cetak maupun elektronik mengapa seringkali
mempergunakan nama samaran “Mawar”, “Melati”, “Bunga” dan sejenisnya sebagai
nama penyebutan terhadap korban. Saya rasa hal ini akan semakin mengindentikkan
nama-nama tersebut sebagai nama korban suatu tindak kejahatan, bukan sebagai
nama pemberian orang tua kepada anaknya dengan harapan anak yang mereka berikan
nama tersebut menjadi pribadi yang indah seperti halnya karakter dari “mawar”
tersebut.
Bukankah sebaiknya untuk menyamarkan nama korban cukup
dengan menyebut salah satu huruf dari nama korban atau inisial dari korban yang
bersangkutan. Karena penyamaran nama korban pada intinya adalah untuk
menyembunyikan identitas dari korban, sehingga penggunaan inisial nama atau
salah satu huruf dari nama korban saja sudah cukup untuk menyamarkan identitas
korban. Bagaimanapun juga banyak sekali orang tua yang memberi nama anaknya
“mawar”, “melati”, ataupun “bunga”.
Beberapa kali saya menjumpai teman dengan nama tersebut diledek oleh
teman-temannya terkait dengan nama yang dimilikinya. Tentu hal ini sangat tidak
baik untuk pribadi seseorang.
Sumber : klikpositif.com
Menjadi sangat tidak
bertanggung jawab tentunya apabila media justru menjadi sarana pendidik yang kurang
baik kepada khalayak, khususnya terkait pemberian image yang berkonotasi negatif terkait nama “mawar”, “melati”,
maupun “bunga” melalui penggunaan nama-nama tersebut bagi korban-korban
tindakan asusila yang terjadi di lingkungan masyarakat. Saya sangat berharap
nama-nama tersebut bisa mendapatkan respek yang baik dari semua kalangan,
termasuk juga media masa.
Salam sahabat IDe..!!!
No comments:
Post a Comment